Jumat, 13 Oktober 2017

Menyetilku dengan Halus Sebuah Makna yang terucap dari seseorang

Satu lagi rezeki yang mungkin nyaris terlupakan oleh kita karena memiliki  ego dan status yang lebih baik  atau  kondisi kita yang lebih njauh diatas mereka, hari ini tepatnya  Kamis (12-Oktober-2017)  satu lagi makluk ciptaan ALLAH SWT, bukan seorang ustadz atau kyai ternama yang memiliki pondok dan sejuta santri,  tidak juga  orang yang memiliki sederet gelar  Prof, DR, Ir, MM, Msi  di depan  dan  belakang namanya. “Tapi darinya aku belajar suatu hal yang sangat luar biasa”.


Hujan sangat lebat sekali sejak pagi, tugas dan tanggung jawab untuk mendistribusikan barang harus terus berjalan dan diantar, rasa malas mulai singgah pada diri ini, sebentar ku turun dari mobil menuju sebuah warung kopi. Ternyata ada seorang yang berteduh ditepi warung tersebut yang menghalangi dia untuk melakukan aktifitas, dikarenakan hujan belum juga reda, karena barang yang akan dijajakan akan basah dan sia-sia nanti akhirnya, terbayang dalam benakku, akankah ada satu sen rupiah yang diperoleh seandainya hujan tidak juga reda dan berhenti.

Namun yang menjadikannya luar biasa adalah dugaan dan prasangka yang ada sejak tadi kupikirkan bahkan merasakan sebuah kegelisahan, ternyata tidak tampak sedikitpun pada raut wajah orang tersebut.

Hujan masih saja terus menguyur bumi ini bahkan langit semakin gelap sedangkan jam nyaris menunjukkan pukul 10 kurang sedikit. Dia tetap dengan tenang duduk di tepi warung sambil tangannya memegang sesuatu, tampak seperti sebuah buku lembar demi lembar dia balik dan baca buku itu tanpa peduli kondisi dan keadaan cuaca, penasaranku dengan apa yang dia baca, pelan tapi pasti ku ber-ingsut menuju tepian warung tersebut ternyata Allahuakbar,Subhanallah hati ini terkejut. Ternyata yang dia baca adalah sebuah kitab suci Al-Qur’an, berbeda sekali dengan kebanyakan orang bahkan saya sendiri terkadang asyik bermain-main game, chating padahal masih banyak aplikasi yang membuat kita menjadikan “Handphone sebagai ladang amal dan pahala.”

Saat tepat untuk berbincang dengan beliau; ku-mulai pembicaraan dengan :

+ "Assalamu 'alaikum" ...
- “Wa'alaikumus salam"
+ “Bagaimana jualannya mas ?" ...
- “Alhamdulillah, ............................................sudah satu terjual.”
+ “Susah juga ya, kalau hujan begini" ...
- “Insya  Allah sudah diatur rezekinya.”
+ “Terus, ....kalau hujannya tidak berhenti ?”
- “Itu berarti rezeki saya bukan jualan, ………. tapi banyak berdoa.”
+ “Kenapa  ?”
- “Bukankah  Rasulullah SAW pernah bersabda, ketika hujan adalah saat yang mustajab untuk berdoa. Maka, “ kesempatan berdoa itu adalah rezeki juga.”
+ “Lantas, kalau tidak dapat uang, bagaimana ?”
- "Berarti, “rezeki saya adalah bersabar".
+ "Kalau tidak ada yg bisa dimakan ?" .....
- “Berarti, “rezeki saya berpuasa".
+ “Kenapa  bisa berfikir seperti itu mas ?”
- “Allah SWT ….yang memberi kita rezeki.  Apa saja rezeki yang Allah berikan saya syukuri.  Selama berjualan …..... walaupun tidak laku, dan harus berpuasa.............. saya tidak pernah  kelaparan".

Apa yang terucap dari mulut orang tersebut adalah sebuah kata yang mungkin tanpa kita sadari. menjadikan Dia tahapan manusia yang paling Ikhlas.





Disela perbincangan hujan mereda dan Berhenti ;
Kembali dia bersiap-siap untuk menjajakan barang dagangannya sambil memasuk kitab suci Al-Qur’an kedalam tas-nya dan dengan senyum berlalu meninggalkan ku seorang diri.

-“Assalamu ‘alaikum”
+”Wa ‘alaikum salam” jawabku

Itu adalah sebuah kata yang luar biasa bahkan jarang sekali kudengar dari kebanyakan orang bahkan nyaris tak terdengar lagi gema tersebut, yang menjadikan aku termenung, mata indahku berkaca, butir bening air mata menetes, sebuah tausiah yang luar biasa menyadarkan AKU untuk sadar.

Ada rasa bersalah dan sesal yang sangat dalam mengapa kalau setiap hujan ada yang resah-gelisah, galau, kuatir dan takut jika tidak dapat uang, rumah akan terendam banjir, bimbang tidak bisa ke kantor, keluh-kesah tidak bertemu rekan bisnis, menyalahkan hujan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kembali ku sadari …………Rezeki itu bukan selalu soal materi dalam bentuk Uang , tetapi dalam bentuk hidayah, kesabaran yang kita miliki, kesempatan bisa berpuasa, berdoa ……………………., beribadah dengan khusu’ dan mampu mengadobsi semua itu dalam bentuk rasa syukur tanpa batas.

Hari ini ku belajar dari seorang penjaja koran yang sangat menakjubkan yang biasa menikmati segelas teh manis di warung kopi yang sederhana ini, hanya hari ini dia berpuasa seperti tukang warung kopi utarakan, sepertinya pemilik warkop sudah sangat mengenalnya.

Teruslah berbuat baik dan belajar, pedalamlah Agama Islam. Semua amal sholeh yang dilakukan tanpa disadari juga merupakan rezeki dari Allah SWT.


Subhanallaah ...
walhamdulillaah...
Walaa ilaaha illallaah...
Allaahu Akbar ....

-------------------------
Sejuta manfaat yang ku dapati
Baca dan hayati
Silahkan Share dan berbagi ------- Semoga Bermanfaat
**   **   *   ***

Akhir kata
Terima kasih untuk seorang tukang koran yang saya tak sempat kenal namanya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar