Satu lagi rezeki yang
mungkin nyaris terlupakan oleh kita karena memiliki ego dan status yang lebih baik atau kondisi
kita yang lebih njauh diatas mereka, hari ini tepatnya Kamis (12-Oktober-2017) satu lagi makluk ciptaan ALLAH SWT, bukan seorang
ustadz atau kyai ternama yang memiliki pondok dan sejuta santri, tidak juga orang
yang memiliki sederet gelar Prof, DR, Ir, MM, Msi di depan dan belakang namanya.
“Tapi
darinya aku belajar suatu hal yang sangat luar biasa”.
Hujan sangat lebat sekali
sejak pagi, tugas dan tanggung jawab untuk mendistribusikan barang harus terus
berjalan dan diantar, rasa malas mulai singgah pada diri ini, sebentar ku turun
dari mobil menuju sebuah warung kopi. Ternyata ada seorang yang
berteduh ditepi warung tersebut yang menghalangi dia untuk melakukan aktifitas,
dikarenakan hujan belum juga reda, karena barang yang akan dijajakan akan basah
dan sia-sia nanti akhirnya, terbayang dalam benakku, akankah ada satu sen
rupiah yang diperoleh seandainya hujan tidak juga reda dan berhenti.
Namun yang menjadikannya
luar biasa adalah dugaan dan prasangka yang ada sejak tadi kupikirkan bahkan
merasakan sebuah kegelisahan, ternyata tidak tampak sedikitpun pada raut wajah
orang tersebut.
Hujan masih saja terus
menguyur bumi ini bahkan langit semakin gelap sedangkan jam nyaris menunjukkan
pukul 10 kurang sedikit. Dia tetap dengan tenang duduk di tepi warung sambil
tangannya memegang sesuatu, tampak seperti sebuah buku lembar demi lembar dia
balik dan baca buku itu tanpa peduli kondisi dan keadaan cuaca, penasaranku
dengan apa yang dia baca, pelan tapi pasti ku ber-ingsut menuju tepian warung
tersebut ternyata Allahuakbar,Subhanallah hati ini terkejut. Ternyata yang dia
baca adalah sebuah kitab suci Al-Qur’an, berbeda sekali dengan kebanyakan orang
bahkan saya sendiri terkadang asyik bermain-main game, chating padahal masih
banyak aplikasi yang membuat kita menjadikan “Handphone sebagai ladang amal dan
pahala.”
Saat tepat untuk
berbincang dengan beliau; ku-mulai pembicaraan dengan :
+ "Assalamu
'alaikum" ...
- “Wa'alaikumus
salam"
+ “Bagaimana jualannya mas
?" ...
- “Alhamdulillah, ............................................sudah
satu terjual.”
+ “Susah juga ya, kalau
hujan begini" ...
- “Insya Allah sudah diatur rezekinya.”
+ “Terus, ....kalau
hujannya tidak berhenti ?”
- “Itu berarti rezeki
saya bukan jualan, ………. tapi banyak berdoa.”
+ “Kenapa ?”
- “Bukankah Rasulullah SAW
pernah bersabda, ketika hujan adalah saat yang mustajab untuk berdoa.
Maka, “ kesempatan berdoa itu adalah rezeki juga.”
+ “Lantas, kalau tidak
dapat uang, bagaimana ?”
- "Berarti, “rezeki
saya adalah bersabar".
+ "Kalau tidak ada
yg bisa dimakan ?" .....
- “Berarti, “rezeki
saya berpuasa".
+ “Kenapa bisa
berfikir seperti itu mas ?”
- “Allah SWT ….yang
memberi kita rezeki. Apa saja rezeki
yang Allah berikan saya syukuri. Selama
berjualan …..... walaupun tidak laku, dan harus berpuasa.............. saya
tidak pernah kelaparan".
Apa yang terucap dari
mulut orang tersebut adalah sebuah kata yang mungkin tanpa kita sadari.
menjadikan Dia tahapan manusia yang paling Ikhlas.
Disela perbincangan hujan
mereda dan Berhenti ;
Kembali dia bersiap-siap
untuk menjajakan barang dagangannya sambil memasuk kitab suci Al-Qur’an kedalam
tas-nya dan dengan senyum berlalu meninggalkan ku seorang diri.
-“Assalamu ‘alaikum”
+”Wa ‘alaikum salam”
jawabku
Itu adalah sebuah kata
yang luar biasa bahkan jarang sekali kudengar dari kebanyakan orang bahkan
nyaris tak terdengar lagi gema tersebut, yang menjadikan aku termenung, mata
indahku berkaca, butir bening air mata menetes, sebuah tausiah yang luar biasa
menyadarkan AKU untuk sadar.
Ada rasa bersalah dan
sesal yang sangat dalam mengapa kalau setiap hujan ada yang resah-gelisah,
galau, kuatir dan takut jika tidak dapat uang, rumah akan terendam banjir,
bimbang tidak bisa ke kantor, keluh-kesah tidak bertemu rekan bisnis,
menyalahkan hujan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kembali ku sadari …………Rezeki
itu bukan selalu soal materi dalam bentuk Uang , tetapi dalam bentuk hidayah,
kesabaran yang kita miliki, kesempatan bisa berpuasa, berdoa …………………….,
beribadah dengan khusu’ dan mampu mengadobsi semua itu dalam bentuk rasa syukur
tanpa batas.
Hari ini ku belajar dari
seorang penjaja koran yang sangat menakjubkan yang biasa
menikmati segelas teh manis di warung kopi yang sederhana ini, hanya hari ini
dia berpuasa seperti tukang warung kopi utarakan, sepertinya pemilik warkop sudah
sangat mengenalnya.
Teruslah berbuat baik dan
belajar, pedalamlah Agama Islam. Semua amal sholeh yang dilakukan tanpa disadari
juga merupakan rezeki dari Allah SWT.
Subhanallaah ...
walhamdulillaah...
Walaa ilaaha illallaah...
Allaahu Akbar ....
-------------------------
Sejuta manfaat yang ku
dapati
Baca dan hayati
Silahkan Share dan
berbagi ------- Semoga Bermanfaat
**
** * ***
Akhir kata
Terima kasih untuk
seorang tukang koran yang saya tak sempat kenal namanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar