Selasa, 15 Mei 2018

Hidup Memang Sebuah Pilihan, Terlepas Dari Mana Dia Harus Memilih



Hidup Memang Sebuah Pilihan, dan Saat Rasa Sesal Menghampiri atas Pilihan yang Sudah Ditetapkan

Aku tahu hidup ini adalah anugrah paling indah dari Allah SWT, terlepas dari menyenangkan atau membahagiakan dalam setiap perjalanannya. Namun ada yang aku tak tahu mengapa Allah memberikan beberapa pilihan dalam hidup yang aku jalani, apakah ini bentuk kasih sayangnya yang lain?. Sehingga aku bisa bebas menjalani hidup yang aku inginkan?. Atau ini sebagai hukuman yang Tuhan berikan padaku, sehingga hidup ini menjadi begitu membebankan karena pilihan itu.

Manusia memiliki segala keterbatasan, terbatas untuk berpikir, terbatas pengetahuan tentang dunia dan segala aspeknya. Hal itu juga berlaku padaku tentunya, sehingga aku tak tahu apa yang akan terjadi pada satu menit, satu bulan, satu tahun kemudian di dalam hidupku. Entah aku harus merasa ini adil apa tidak untukku, ketika Tuhan memberikan kesempatan untuk memilih namun aku tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan andai kata aku mengambil sebuah pilihan.

Dan apa yang harus aku lakukan jika ternyata pilihan yang aku ambil justru membuat semua hal menjadi semakin sulit?.  Semua terasa salah dan rumit. Rasa sesak datang bersama sesal yang bergelut dihati. Seketika semua hal menjadi tak menyenangkan dan perasaan lelah datang lebih berat dari biasanya. Seketika aku sadar keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang salah, aku telah gegabah mengambil tindakan. Perasaan ingin kembali ke masa lalu menyuak hanya untuk menarik semua keputusan itu ataupun mengganti pilihanku.

Ingin Memutar Waktu Namun Aku Sadar Itu tak Ada Gunanya.

Saat sesal datang memang sungguh menyesakkan. Pikiran untuk memutar waktu tak bisa ku hindari, keinginan untuk memperbaiki, seribu peng-andaian menghampiri, dan ribuan sesal yang hanya bisa aku tangisi. Aku marah dan kecewa karena pilihan yang aku ambil tidak sesuai dengan segala ekspetasiku.

Namun aku sadar sekeras apapun keinginanku untuk memutar waktu, semua tidak akan berguna. Bahkan hanya akan membawaku ke dalam keterpurukan yang mungkin akan membuatku semakin lebih menyesal dengan segala hal yang telah aku pilih.

Rasanya akan semakin menyiksa diri ku jika aku berandai-andai dan berharap waktu dapat di putar ulang serta membuang waktu yang aku punya dengan menyalahkan diri sendiri, yang terlalu bodoh dalam menentukan pilihan
.
Meskipun Salah, Rasanya Aku Tak Perlu Menghukum Diriku Sendiri dan Membuat Semuanya Semakin Terpuruk.

Setelah pilihan yang aku ambil justru membuatku semakin terpuruk, dan aku ingin semuanya tidak menjadi semakin buruk. Aku tahu aku salah dan mungkin bodoh karena gegabah mengambil keputusan, namun menyalahkan dan mengutuk diri rasanya tak akan membantuku menjadi lebih baik. Keputusan telah dipilih tetapi Tuhan masih memberimu kesempatan. Kesempatan untuk memperbaikinya, kesempatan untuk tidak melakukan kebodohan yang sama.

Rasanya hatiku akan lebih menerima jika aku mengakui kebodohan yang lalu, namun ingin memulai semuanya lagi dengan awal yang baru. Meskipun tak bisa mengulang waktu yang sudah lalu, setidaknya aku ingin masa depanku tak seburuk masa lalu. Kesalahan dan penyesalannya ini akan aku jadikan cambuk diriku untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari segala hal. Mungkin ini cara Tuhan mendidik diri ku, agar aku tidak hanya sekedar untuk hidup namun juga bisa memaknai hidup.

Penyesalan ini Sungguh Menyesakkan, Namun Aku Ingin ini Bukan hanya Sekedar Kebodohan.

Rasa sesak justru mengintimidasi diriku setelah keputusan itu aku buat, dan aku tahu keputusan yang aku buat adalah sebuah kesalahan. Tapi aku harus jujur dan pandai menghibur diri, bukankah setiap detik hidup kita itu atas izin-Nya. Bahkan kesalahan ini pun sudah dititipkan Tuhan untuk aku alami. Dan rasanya menyalahkan Tuhan juga bukan keputusan yang tepat.

Baiklah akan aku coba melihat hal ini dari sudut pandang lain, dan ternyata masih ada berbagai macam pesan yang Tuhan titipkan untuk ku karena mengambil pilihan yang aku anggap salah ini. Ternyata aku banyak belajar beberapa hal dari kesalahan itu. Aku belajar untuk tidak lagi gegabah mengambil setiap keputusan, aku tidak boleh mengambil keputusan beradasarkan nafsu sesaat. Dan aku harus libatkan Sang MAHA PEMILIK untuk segala keputusan yang ingin aku buat.

Aku rasa ini adalah salah satu cara Tuhan memberikan cambuk atas segala hal yang aku lakukan, yang hanya terbatas dari ego. Seharusnya ini menjadikan aku semakin dewasa dalam segala hal, bukan justru menangisi kesalahan ini seperti bayi yang masih membutuhkan asi. 

Karena Salah dan Benar Itu Hanya Sebatas Pemikiran, Aku Memilih Berdamai dengan Kesalahanku dan Menelan Semua Resiko itu.

Lelah rasanya jika aku hanya menyalahkan keadaan yang sudah terjadi. Sadar itu hanya membuatku semakin sulit, aku memilih untuk berdamai saja dengan keadaan. Tak sama dengan pasrah, karena aku tak ingin kejadian ini terulang.

Akan aku ingat dan tak akan aku biarkan penyesalan ini terjadi lagi padaku. Hidup itu memang penuh dengan resiko, termasuk pilihan yang aku ambil juga menyimpan segala resikonya.

Tak bisa menghindar memang, jadi aku nikmati saja sesak itu datang sebagai bagian dari warna dalam hidupku. Aku yakin sesak itu akan hilang seiring berjalannya waktu dan perbaikan atas kualitas diriku. Dan ini bukan hal yang harus dilebih-lebihkan, mungkin Sang MAHA EMPUNYA sudah menyediakan hal yang lebih indah dari apa yang sudah aku sesali.

Sesakit Apapun Hal itu, Masa Depanku Masih Memberikan Kesempatan Untukku Mengukir Kebahagiaan.

Aku memang tidak bisa memutar waktu untuk kembali hadir dan merubah semua hal yang sudah berlalu. Tetapi masa depan masih menyediakan banyak ruang dan tempat  untukku memperbaiki banyak hal, termasuk kesalahanku di masa lalu. Mungkin tidak bisa memperbaiki sepenuhnya, setidaknya aku masih bisa kembali berdiri dan terus berusaha untuk kebaikan dan kebahagiaan hidupku di masa depan.

Masih banyak orang yang lebih sedih ataupun lebih bahagia hidupnya dari yang aku jalani saat ini. Dan lagi-lagi ini adalah pilihan, apakah aku ingin meratapi kesalahan atau aku berdiri untuk memulai lagi.

Luka itu mungkin masih ada, rasa sesal mungkin masih menghantui tetapi kebahagiaan tak bisa hadir jika tak pernah aku ciptakan. Aku tak pernah tahu apa yang akan aku hadapi di masa depan, akan berapa banyak lagi pilihan yang hadir dan akan berapa banyak lagi penyesalan yang akan aku rasakan.

Allah SWT memang tak pernah menjanjikan kemudahan dalam setiap kehidupan, namun berjanji untuk sebuah kebaikan akan selalu ada untuk orang-orang yang percaya dengan Kekuasaan-Nya.

Segala rasa yang pernah singgah kita jadikan itu sebagai bagian dalam hidup, tawa, tangis, dan segala perasaan yang dirasakan menjadikanmu menjadi manusia yang semakin baik lagi.


Terlepas dari semua kejadian yang pernah singgah dalam perjalanan hidup ini, nikmati dan syukuri setiap kejadian yang menemani dan semua hikmah yang ada didalamnya.


@@@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar