Senin, 09 Juni 2014

Jilbab Pertama Ku Taplak Meja



JILBAB PERTAMA KU TAPLAK MEJA

Sang Surya baru saja beranjak dari peraduan, jari-jari jemantik itu asyik terus bermain dengan rambut yang terurai tanpa sadar harus siap menuju pematang sawah karena sang ibu lebih dulu bekerja, ku terlahir di sebuah desa yang masih jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern dan ayah lebih dulu meninggalkan kami, jadi hanya saya dan ibu saja yang tinggal di bangunan yang sederhana dan orang di desa ini biasa memanggilku ajeng walau nama yang diberikan oleh orang tua adalah Sriwedari.

Ternyata hari ini di sawah kaum ibu – ibu sedang asyik memanen sawah dan menikmati hembusan angin pagi dan sambil bercanda gurau karena hari ini ternyata panen berhasil dengan baik dalam lamunan ibu memanggil ajeeenngg sedang apa disana mari bantu ibu memanen sawah dengan cepat ku berlari menuju ibu.

Mentari mulai memberikan cahaya panasnya saatnya ibu dan teman-temannya mulai menuju gubuk yang tak berapa jauh dari tempat kami memanen. Saya tertegun dengan keramaian anak – anak yang bisa menikmati  seragam sekolah sedangkan saya hanya bisa menikmati bangku sekolah dasar saja dan  cukuplah itu bagi saya, karena guru gaji di sore hari mengajarkan jangan pernah putus asa dalam hidup ini dengan pesan tersebut saya mampu tersenyum dan terus semangat belajar mengaji di sore hari.

Adzan ashar menandai kalau saya harus siap pergi mengaji bersama teman – teman tapi selalu saja bingung mencari kerudung yang harus di gunakan dan selalu mengunakan kerudung ibu yang menbuat saya tampak lucu, jadi selalu saja saya pergunakan kerudung itu disaat kita sampai di surau Al-Amin yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Setelah menggaji beberapa ayat suci al-qur’an, Guru mengaji memberikan pesan kita harus hormat dengan kedua orang tua mendoakan mereka dan selalu patuh akan nasehat mereka yang baik dan jangan lupa untuk tetap menjaga Aurat terutama untuk para perempuan selalu menutup kepala dengan menggunakan jilbab, dalam hati bingung dan akhirnya berlalu hingga adzan magrib menghentikan penggajian kami.

Dalam heningnya malam dan indah nyanyian jangkrik membuat dirinya ini teringat akan pesan guru pengajian seorang wanita haruslah menutup aurat, bagaimana cara menutup aurat yang baik sedangkan saya hanya seorang yang tidak pernah tahu aturan menggunakan jilbab dan menutup kepala dengan baik benar tapi biar gerutu hati ini berlalu.

Adzan shubuh menghantar tidur pulas ku harus beranjak dari peraduan guna menyelesaikan tugas dan kewajiban sebagai seorang muslimah sebagai rasa syukur kita yang diwujudkan dalam setiap karunia Allah SWT yang dilimpahkan kepada Kita.

Sejalan dengan tinggi sinar matahari entah sedikit tertegun atau terkesima melihat pemandangan yang sangat jarang terjadi di desa ku, hari ini banyak sekali sekumpulan wanita – wanita cantik yang mengunakan kerudung betapa cantiknya mereka semua. Teringat akan nasehat kemarin yang baru saja semalam mengganggu suasana hati, terbayang diri ini berada diantara mereka dalam lamunan sejenak diri bertanya apa yang lakukan di desa ini.

Dengan tetap semangat melanjutkan tugas yang sehari hari yang biasa kujalani tanpa ada rasa lelah dan keluh sedikit pun kurapikan tugas demi tugas, sejenak beristirahat dan berpikir kemana semua wanita yang tadi pagi dan sedang apa mereka di desa ini dengan berlari menuju kerumunan ibu – ibu, ternyata mereka membicarakan para wanita yang tadi pagi ternyata mereka semua ada dibalai desa.

Balai desa ramai dengan sekumpulan orang yang sedang asyik mendengarkan berbagai macam dialog dengan mereka mengenai bagaimana cara terbaik memilihara unggas dan bercocok tanam. Dibalik cara mereka menyampaikan cara tersebut, betapa cantik dan anggunnya mereka tertutup kerudung betapa rasa hati ini ingin seperti mereka menggunakan jilbab dan menutup aurat.

Senang dan puas mendengarkan mereka menyampaikan cara memilihara dan bercocok tanam yang baik, akhirnya Ku pulang kembali dan duduk di meja makan dalam lamunan bagaimana cara menggunakan jilbab, tangan ini mengapai taplak meja yang selama ini menutup meja makan kami dalam hati ku kenapa tidak ku gunakan saja taplak ini lagi pula motif dan coraknya masih tampak bagus.

Tak terasa hari menjelang sore, ku pindahkan semua barang yang berada di atas meja makan  lalu ku ambil taplak yang selama ini hanya menutup meja, menuju ke kamar dan langsung ku lipat menjadi segitiga taplak tersebut lalu ku bungkus di atas kepala sebagaimana wanita muslimah menggunakannya, selesai sudah taplak tersebut membungkus kepala ini lalu berkaca alangkah cantik dan anggunnya dirinya yang ternyata tidak kalah dengan mereka.

Dalam hati rasa syukur dan bibir ini berucap Alhamdulillah Rabbil Alamin semua ada dalam setiap langkah dan kemauan.




@Ardar1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar