Aku
Hanya Ingin Menulis, Tidak Lebih
Aku hanya ingin menulis, Tidak lebih.
Entah..........
untuk kesekian kalinya saya coba untuk
menorehkan setiap ketikan dan lentik jari beserta angan yang singgah dalam
perjalanan hidup.
Kesekian kalinya juga saya ungkapkan, bahwa menulis memang merupakan
sebuah tugas berat. Betapa tidak?. Menghasilkan sebuah tulisan, jika ingin
mencapai kualitas terbaik, haruslah memeras ide dan pikiran. Memutar segala
pengetahuan, kepekaan, dan pengamatan mendalam tentang fokus yang akan ditulis.
Menuliskan dan menuangkan sebuah ide itu dalam proses menulis.
Melalui tahap editing dan lainnya. Belum lagi, sebuah tulisan
yang telah selesai itu, hanya diminati sedikit orang untuk dibaca. How
your feeling about that?.
Sebuah tulisan bisa menyampaikan segala pesan dalam diri, bukan
untuk bertanya beribu pertanyaan atau menjawab sebuah soal, aku hanya ingin menulis, bahkan untuk
memberikan sebuah judul terkadang terlupakan atau kutipan penuh makna kehidupan,
bukan sebuah karya sastra penuh artistik, mungkin sebait puisi indah lebih romantis,
coretan yang berwarna-warni lebih sempurna, ternyata tidak. Aku Hanya ingin menulis, lebih merdu
lirik sebuah lagu dengan melodi yang mengiringinya.
Bukan hal penting, bukan juga rumus kimia yang rumit atau karya
ilmiah yang penuh realita. Sungguh……saya sangat sepakat dengan sebuah pernyataan
konyol bahkan sebuah lelucon yang berbunyi ;. "Izinkan saya memantra-mantrai mu
dalam pikiran saya, agar masuk merembes sampai alam bawah sadar, lalu
menghayati setiap detik dan sedetak, supaya menulis lebih terasa ringan", easy
going aja.
Bukan hanya sekedar menyalurkan hobi, juga bukan sekedar pengisi
waktu luang, karena bagiku kesempatan datang karena kita yang cipta bukan
karena tak melakukan apa-apa. Dengan begitu, kita lebih lega dalam menulis. Tak terbebankan
apapun. Bagaimana jika menyinggung isi dan pesan tulisan? Biarkan tulisan
merefleksikan tentang kita. Biarkan tulisan berbicara tentang kita, dengan
segala keresahan.
Menulis adalah bagian dari apa yang aku pikirkan dan tuliskan,
bahkan saya tak bisa membaca apa yang kamu pikirkan, dengan menulis
menyampaikan sebuah pesan untuk dibaca tak harus dimengerti dan dipahami karena
ini bukan sebuah ujian, ini hanya hanya sebuah tulisan yang aku tulis ketika ku
ingin menulis.
Menulis bukan karena telah di caci-maki, bukan pula untuk
meminta belas kasihan, tetapi murni karena aku hanya ingin berbagi, berbagi cinta
yang ku-punya, berbagi kisah dan cerita yang telah kulewati dan berbagi harapan
untuk mengapai masa depan yang lebih baik.
Bukan untuk mu, bukan untuk dia dan bukan pula untuk mereka, tetapi
aku menulis untuk kita. Untuk setiap lembar yang telah kita baca, untuk setiap
warna yang telah lihat, untuk setiap rasa yang telah kita kecap dan untuk
setiap nama yang pernah datang dan pergi baik yang melukis pelangi maupun yang
sekedar menggores luka.
Jika kemarin
aku telah menulis itu tanda bahwa kenangan masih akan terus tersimpan. Jika hari
ini aku masih menulis itu hanya karena aku ingin menulis. tidak lebih dan tidak
kurang. Aku hanya ingin menulis, tak memaksa untuk kau baca. Jika esok aku masih
menulis, itu hanya untuk mengabarkan bahwa aku ada dan pena ku masih bertinta.
Diantara tangis malam yang akan reda, diantara gejolak siang yang
mengundang perang, hingga pagi yang masih menjadi misteri. Aku menulis sebab memang
aku ingin menulis. tidak perlu kau gubris, karena aku hanya ingin menulis...
Biarlah
tulisan kita tidak dibaca. Bahkan jauh terasingkan. Tak mengapa. Karena penulis,
sudah lebih dahulu tenggelam dalam keterasingan membungkus cerita, membuat
sebuah tulisan. Yakinlah, pembaca sendiri yang akan berlari menemukan tulisan
kita. Mengerti dan memahami keterasingan itu.
Dan
kamu, tidak terlalu memperdulikan mereka tentang tulisanmu. Karena inginmu
memang satu dan cuma itu melulu.
Aku hanya ingin menulis. Tidak Lebih. Benar, kan?
Arif Darmawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar