Rabu, 25 April 2018

Aku Hanya Ingin Menulis, Tidak Lebih


Aku Hanya Ingin Menulis, Tidak Lebih





Aku hanya ingin menulis, Tidak lebih.

Entah.......... 
untuk kesekian kalinya saya coba untuk menorehkan setiap ketikan dan lentik jari beserta angan yang singgah dalam perjalanan hidup.

Kesekian kalinya juga saya ungkapkan, bahwa menulis memang merupakan sebuah tugas berat. Betapa tidak?. Menghasilkan sebuah tulisan, jika ingin mencapai kualitas terbaik, haruslah memeras ide dan pikiran. Memutar segala pengetahuan, kepekaan, dan pengamatan mendalam tentang fokus yang akan ditulis.

Menuliskan dan menuangkan sebuah ide itu dalam proses menulis.  Melalui tahap editing dan lainnya. Belum lagi, sebuah tulisan yang telah selesai itu, hanya diminati sedikit orang untuk dibaca. How your feeling about that?.

Sebuah tulisan bisa menyampaikan segala pesan dalam diri, bukan untuk bertanya beribu pertanyaan atau menjawab sebuah soal, aku hanya ingin menulis, bahkan untuk memberikan sebuah judul terkadang terlupakan atau kutipan penuh makna kehidupan, bukan sebuah karya sastra penuh artistik, mungkin sebait puisi indah lebih romantis, coretan yang berwarna-warni lebih sempurna, ternyata tidak. Aku Hanya ingin menulis, lebih merdu lirik sebuah lagu dengan melodi yang mengiringinya.

Bukan hal penting, bukan juga rumus kimia yang rumit atau karya ilmiah yang penuh realita. Sungguh……saya sangat sepakat dengan sebuah pernyataan konyol bahkan sebuah lelucon yang berbunyi ;. "Izinkan saya memantra-mantrai mu dalam pikiran saya, agar masuk merembes sampai alam bawah sadar, lalu menghayati setiap detik dan sedetak, supaya menulis lebih terasa ringan", easy going aja.

Bukan hanya sekedar menyalurkan hobi, juga bukan sekedar pengisi waktu luang, karena bagiku kesempatan datang karena kita yang cipta bukan karena tak melakukan apa-apa. Dengan begitu, kita lebih lega dalam menulis. Tak terbebankan apapun.  Bagaimana jika menyinggung isi dan pesan tulisan? Biarkan tulisan merefleksikan tentang kita. Biarkan tulisan berbicara tentang kita, dengan segala keresahan.


Menulis adalah bagian dari apa yang aku pikirkan dan tuliskan, bahkan saya tak bisa membaca apa yang kamu pikirkan, dengan menulis menyampaikan sebuah pesan untuk dibaca tak harus dimengerti dan dipahami karena ini bukan sebuah ujian, ini hanya hanya sebuah tulisan yang aku tulis ketika ku ingin menulis.

Menulis bukan karena telah di caci-maki, bukan pula untuk meminta belas kasihan, tetapi murni karena aku hanya ingin berbagi, berbagi cinta yang ku-punya, berbagi kisah dan cerita yang telah kulewati dan berbagi harapan untuk mengapai masa depan yang lebih baik.

Bukan untuk mu, bukan untuk dia dan bukan pula untuk mereka, tetapi aku menulis untuk kita. Untuk setiap lembar yang telah kita baca, untuk setiap warna yang telah lihat, untuk setiap rasa yang telah kita kecap dan untuk setiap nama yang pernah datang dan pergi baik yang melukis pelangi maupun yang sekedar menggores luka.

Jika kemarin aku telah menulis itu tanda bahwa kenangan masih akan terus tersimpan. Jika hari ini aku masih menulis itu hanya karena aku ingin menulis. tidak lebih dan tidak kurang. Aku hanya ingin menulis, tak memaksa untuk kau baca. Jika esok aku masih menulis, itu hanya untuk mengabarkan bahwa aku ada dan pena ku masih bertinta.



Diantara tangis malam yang akan reda, diantara gejolak siang yang mengundang perang, hingga pagi yang masih menjadi misteri. Aku menulis sebab memang aku ingin menulis. tidak perlu kau gubris, karena aku hanya ingin menulis...

Biarlah tulisan kita tidak dibaca. Bahkan jauh terasingkan. Tak mengapa. Karena penulis, sudah lebih dahulu tenggelam dalam keterasingan membungkus cerita, membuat sebuah tulisan. Yakinlah, pembaca sendiri yang akan berlari menemukan tulisan kita. Mengerti dan memahami keterasingan itu.

Dan kamu, tidak terlalu memperdulikan mereka tentang tulisanmu. Karena inginmu memang satu dan cuma itu melulu.

Aku hanya ingin menulis. Tidak Lebih. Benar, kan?

Arif Darmawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar