Sang Surya baru saja beranjak dari peraduan, jari-jari
jemantik itu asyik terus bermain dengan rambut yang terurai tanpa sadar harus
siap menuju pematang sawah karena sang ibu lebih dulu bekerja, ku terlahir di
sebuah desa yang masih jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern dan ayah lebih
dulu meninggalkan kami, jadi hanya saya dan ibu saja yang tinggal di bangunan
yang sederhana dan orang di desa ini biasa memanggilku ajeng walau nama yang
diberikan oleh orang tua adalah Sriwedari.
Ternyata hari ini di sawah kaum ibu – ibu sedang asyik
memanen sawah dan menikmati hembusan angin pagi dan sambil bercanda gurau
karena hari ini ternyata panen berhasil dengan baik dalam lamunan ibu memanggil
ajeeenngg sedang apa disana mari bantu ibu memanen sawah dengan cepat ku
berlari menuju ibu.
Mentari mulai memberikan cahaya panasnya saatnya ibu dan
teman-temannya mulai menuju gubuk yang tak berapa jauh dari tempat kami
memanen. Saya tertegun dengan keramaian anak – anak yang bisa menikmati seragam sekolah sedangkan saya hanya bisa
menikmati bangku sekolah dasar saja dan
cukuplah itu bagi saya, karena guru gaji di sore hari mengajarkan jangan
pernah putus asa dalam hidup ini dengan pesan tersebut saya mampu tersenyum dan
terus semangat belajar mengaji di sore hari.
Adzan ashar menandai kalau saya harus siap pergi mengaji
bersama teman – teman tapi selalu saja bingung mencari kerudung yang harus di
gunakan dan selalu mengunakan kerudung ibu yang menbuat saya tampak lucu, jadi
selalu saja saya pergunakan kerudung itu disaat kita sampai di surau Al-Amin
yang tidak terlalu jauh dari rumah.
Setelah menggaji beberapa ayat suci al-qur’an, Guru mengaji
memberikan pesan kita harus hormat dengan kedua orang tua mendoakan mereka dan
selalu patuh akan nasehat mereka yang baik dan jangan lupa untuk tetap menjaga
Aurat terutama untuk para perempuan selalu menutup kepala dengan menggunakan
jilbab, dalam hati bingung dan akhirnya berlalu hingga adzan magrib
menghentikan penggajian kami.
Dalam heningnya malam dan indah nyanyian jangkrik membuat
dirinya ini teringat akan pesan guru pengajian seorang wanita haruslah menutup
aurat, bagaimana cara menutup aurat yang baik sedangkan saya hanya seorang yang
tidak pernah tahu aturan menggunakan jilbab dan menutup kepala dengan baik
benar tapi biar gerutu hati ini berlalu.
Adzan shubuh menghantar tidur pulas ku harus beranjak dari
peraduan guna menyelesaikan tugas dan kewajiban sebagai seorang muslimah
sebagai rasa syukur kita yang diwujudkan dalam setiap karunia Allah SWT yang
dilimpahkan kepada Kita.
Sejalan dengan tinggi sinar matahari entah sedikit tertegun
atau terkesima melihat pemandangan yang sangat jarang terjadi di desa ku, hari
ini banyak sekali sekumpulan wanita – wanita cantik yang mengunakan kerudung
betapa cantiknya mereka semua. Teringat akan nasehat kemarin yang baru saja
semalam mengganggu suasana hati, terbayang diri ini berada diantara mereka
dalam lamunan sejenak diri bertanya apa yang lakukan di desa ini.
Dengan tetap semangat melanjutkan tugas yang sehari hari yang
biasa kujalani tanpa ada rasa lelah dan keluh sedikit pun kurapikan tugas demi
tugas, sejenak beristirahat dan berpikir kemana semua wanita yang tadi pagi dan
sedang apa mereka di desa ini dengan berlari menuju kerumunan ibu – ibu,
ternyata mereka membicarakan para wanita yang tadi pagi ternyata mereka semua
ada dibalai desa.
Balai desa ramai dengan sekumpulan orang yang sedang asyik
mendengarkan berbagai macam dialog dengan mereka mengenai bagaimana cara
terbaik memilihara unggas dan bercocok tanam. Dibalik cara mereka menyampaikan cara tersebut, betapa cantik
dan anggunnya mereka tertutup kerudung betapa rasa hati ini ingin seperti
mereka menggunakan jilbab dan menutup aurat.
Senang dan puas mendengarkan mereka menyampaikan cara
memilihara dan bercocok tanam yang baik, akhirnya Ku pulang kembali dan duduk
di meja makan dalam lamunan bagaimana cara menggunakan jilbab, tangan ini
mengapai taplak meja yang selama ini menutup meja makan kami dalam hati ku kenapa
tidak ku gunakan saja taplak ini lagi pula motif dan coraknya masih tampak
bagus.
Tak terasa hari menjelang sore, ku pindahkan semua barang
yang berada di atas meja makan lalu ku
ambil taplak yang selama ini hanya menutup meja, menuju ke kamar dan langsung
ku lipat menjadi segitiga taplak tersebut lalu ku bungkus di atas kepala
sebagaimana wanita muslimah menggunakannya, selesai sudah taplak tersebut
membungkus kepala ini lalu berkaca alangkah cantik dan anggunnya dirinya yang
ternyata tidak kalah dengan mereka.
Dalam hati rasa syukur dan bibir ini berucap Alhamdulillah
Rabbil Alamin semua ada dalam setiap langkah dan kemauan.
@Ardar1993